tag:blogger.com,1999:blog-24282615203795297732024-03-13T19:24:06.253-07:00www.kupingku.co.nrMedical, Family Plan and Midwifery Journal and ArticleUnknownnoreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-211766954113411772008-04-10T05:47:00.000-07:002008-04-10T05:51:07.916-07:00Distosia Bahu - Lies Ani, dr.SpoG, M.Kes.<span class="awal">K</span>esulitan dalam melahirkan bahu Disebabkan Oleh Terhalangnya bahu anterior oleh simphisis pubis Kelahiran kepala kurang dari 60 detik <span class="fullpost"><a href="http://www.4shared.com/file/43638583/e70e3e69/7_LiesAniPresentasi_Dist_Bahu_Tuk_Bidan.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.ppt 912Kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-28777381792552013722008-04-10T05:37:00.000-07:002008-04-10T05:40:26.686-07:00Deteksi Dini Alergi (Nestle Allergy)<span class="awal"></span><a href="http://www.4shared.com/file/43638517/31a14139/5_Nestle_Allergy_Tr_Card1_160906.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.ppt 1,6Mb</span></a><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-65801080604903821972008-04-10T05:08:00.000-07:002008-04-10T05:09:15.496-07:00Bidan Delima Aquila<span class="awal"></span><a href="http://www.4shared.com/file/43638422/6b248c42/4_Bidan_Delima_Aquila_edit.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.ppt 4,7Mb</span></a><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-34049759554853969342008-04-10T05:04:00.000-07:002008-04-10T05:06:23.542-07:00Simposium Pendidikan Bidan Berkelanjutan-dr Fard<span class="awal"></span><a href="http://www.4shared.com/file/43638139/e326a660/3_Simposium_Pendidikan_Bidan_Berkelanjutandr_Fard.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.ppt 378Kb</span></a><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-8646470159185672082008-04-10T05:00:00.000-07:002008-04-10T05:02:28.416-07:00ASPEK HUKUM DAN KEWENANGAN BIDAN - dr. Hadi Susiarno<span class="awal"></span><a href="http://www.4shared.com/file/43638112/46c21d6a/2_Kewenangan_bidandr_Hadi_Susiarno.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.ppt 296Kb</span></a><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-31458362312094235332008-04-10T04:53:00.000-07:002008-04-10T04:59:41.736-07:00PENGENALAN RISIKO TINGGI DAN SISTEM RUJUKAN - dr Isfihany<span class="awal"></span><a href="http://www.4shared.com/file/43638091/16d0acef/1_PENGENALAN_RISIKO_TINGGI_DAN_SISTEM_RUJUKANdr_Isfihany.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.ppt 226KB</span></a><span class="fullpost"><br /><br /><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-31053968870329886882008-04-09T09:21:00.000-07:002008-04-09T09:40:54.022-07:00Terminologi Kesehatan Masyarakat<span class="awal">D</span>efinisi menurut Winslow ( 1920 ) : Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni ( kiat ) mencegah penyakit, memperpanjang usia, meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta efisiensi, melalui upaya masyarakat yang terorganisir, guna : 1)Menyehatkan lingkungan,2)Pemberantasan penyakit infeksi 3)Pendidikan individu tentang kesehatan perorangan 4)Pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan <span class="fullpost"> Guna ditegakkannya diagnosa dini dan tindakan pencegahan serta pengembangan sistem sosial yang akan menjamin bahwa setiap individu dalam masyarakat akan mendapatkan standar hidup yang layak untuk memelihara kesehatannya.<br /><span style="font-weight:bold;"><br />Definisi menurut Lalonde / Hendrik Blum ( 1974 )</span><br />Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang membahas status kesehatan masyarakat serta faktor faktor yang mempengaruhinya yang meliputi faktor lingkungan, perilaku Ksehatan, pelayanan kesehatan dan faktor genetika kependudukan ( Lalonde 1974, Hendrik Blum 1974 ).<br /><br />New Public Health ( NPH )<br /><ul/><li/>NPH adalah pendekatan komprehensif utk melindungi dan meningkatkan status kesehatan perorangan dan masyarakat , berdasarkan atas keseimbangan sanitasi , ekologi, promosi kesehatan, pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat yg terkoordinasikan secara luas dalam pelayanan kuratif, rehabilitatif dan pelayanan kesehatan jangka panjang.</li></ul><ul/><li/>Untuk terlaksananya NPH melibatkan unsur unsur kesehatan dan non kesehatan dari tingkat pemerintah pusat sampai tingkat terbawah dan kerja sama antar negara.</li></ul><ul/><li/>NPH memerlukan pendekatan sistem dgn menetapkan tujuan dan target khusus.</li></ul><ul/><li/>Pelaksanaan NPH dilakukan melalui banyak saluran, pemerintah dlm berbagai tingkat dan antar kementrian/ departemn, LSM, akademisi, profesi, pelayanan swasta dan publik, asuransi, industri farmasi, industri makanan dan pertanian, media,, legislatif dll</li></ul><ul/><li/>NPH bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan pelayanan pd penduduk ttt dimana sistem anggaran digunakan utk mencapai target dlm meningkatkan kesehatan secara efektif dan efisien dan cost effective dlm penggunaan anggaran, ketenagaan dan sumberdaya lainnya.</li></ul><ul/><li/> NPH memerlukan pengamatan yg terus menerus dlm aspek epidemiologis, ekonomi dan sosial pengaruhnya pd status kesehatan sbg bagian integral dlm proses manajemen perencanaan pelaksanaan dan penilaian utk meningkatkan status kesehatan</li></ul><ul/><li/>NPH diterapkan pada semua negara baik negara maju maupun sedang berkembang</li></ul><ul/><li/>Keadilan merupakan filosofi NPH</li></ul> <br /><br /><br /><br /><a href="##" target="_blank">download file</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-24705309809652982562008-04-09T09:19:00.000-07:002008-04-09T09:21:18.501-07:00ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia<span class="awal">U</span>NICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak Balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. "Meskipun manfaat memeberikan ASI Eksklusif dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas, namun kesadaran Ibu untuk memberikan ASI Ekslusif di Indonesia, baru sebesar 14 persen saja, itu pun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan," demikian siaran pers UNICEF yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.<span class="fullpost"><br /><br />UNICEF menyebutkan bukti ilmiah terbaru yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada tahun 2006 ini, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula, memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif.<br /><br />Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia di bawah dua tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisir melalui pemberian ASI secara eksklusif. Oleh sebab itu sudah sewajarnya ASI eksklusif dijadikan sebagai prioritas program di negara berkembang ini. <br /><br />UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua didalam memberikan ASI eksklusif.<br /><br />Meskipun aturan pemasaran produk pengganti ASI terdapat dalam kode etik internasional yang juga telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dalam SK Menteri Kesehatan, namun tetap saja para produsen susu bayi melakukan promosi secara gencar, bahkan sampai menyediakan susu formula itu di rumah sakit ataupun klinik-klinik bersalin. <br /><br />Dalam upaya meredam maraknya promosi dan pemasaran susu pengganti ASI, serta menumbuhkan semangat dan kesadaran ibu dalam memberikan ASI eksklusif untuk anak-anaknya, maka UNICEF akan menggelar diskusi yang bertemakan "Menggugat Promosi Gencar Susu Bayi" di Jakarta, Rabu (9/8). <br /><br />Tujuan dari diskusi tersebut yakni, guna menumbuhkan peraturan baru untuk meredam gencarnya pemasaran produk susu formula serta mendorong terselenggaranya program Agustus ini sebagai bulan ASI di Indonesia.<br /><br /><br /><br /><a href="##" target="_blank">download file</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-12986554685673760392008-04-08T06:00:00.001-07:002008-04-08T06:14:06.650-07:00Langsing, Sehat, dan Sukses Menyusui? Mudah, kok !<span class="awal">B</span>anyak cara atau program yang ditawarkan agar Anda langsing kembali setelah melahirkan. Hati-hati, jangan sampai salah langkah! <span class="fullpost"><br /><br />Walau belum ada penelitian tentang berapa banyak ibu yang ingin langsing kembali setelah melahirkan, namun kebanyakan ibu –mungkin juga Anda– menginginkan hal ini. Sebenarnya, apa sih , yang disebut langsing itu? <br />Menurut dr. Tanya Rotikan, Sp.KO , dari Bagian Kedokteran Olahraga , Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, “Langsing atau bentuk tubuh ideal adalah kondisi dimana perbandingan antara tinggi dan berat badan sesuai. Selain itu, jumlah lemak di tubuh juga dalam batas-batas normal. Jadi, secara keseluruhan orang tersebut memang tampak proporsional dan menarik dipandang.” Kriteria langsing bukan hanya itu. Dr. Sri Sukmaniah, MSc. , dari Bagian Ilmu Gizi , Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menambahkan, “Bila menggunakan indeks massa tubuh, langsing itu berada dalam rentang 19-23<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Program pelangsingan adalah segala-galanya?</span> <br />Bak gayung bersambut, kini di pasaran banyak beredar tawaran program melangsingkan tubuh setelah melahirkan. Iming-imingnya beragam, misalnya tanpa obat, tanpa suntik, tanpa diet ketat, tanpa olahraga berat, dan berhasil dalam waktu singkat. Sejauh mana kebenarannya? <br /><br />Menurut dr. Sri, “ Program pelangsingan yang marak sekali itu seharusnya ada yang menertibkan. Apalagi, ada yang mengklaim berat badan bisa turun 5 kilo dalam seminggu. Asal tahu saja, fungsi jantung, ginjal, hati, atau usus akan terganggu akibat melangsingkan dengan cara itu, karena ada kemungkinan protein jaringan ikut digunakan sebagai sumber energi. Padahal, di dalam tubuh, prioritas penggunaan energi berasal dari karbohidrat dan lemak.” Ia melanjutkan, “Bila cara melangsingkan tubuh seperti itu dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, maka otot-otot Anda akan habis. Hal ini akan berbahaya kalau yang digunakan adalah protein dari jaringan otot yang penting, misalnya otot jantung. Begitu juga dengan fungsi ginjal dan hati, akan terganggu karena hasil metabolisma protein banyak zat racunnya. Makanya, tujuan utama dari semua program pengaturan berat badan sebaiknya adalah untuk kesehatan. Setelah itu, baru untuk penampilan.” <br /><br />Pendapat serupa dilontarkan dr. Tanya , “ Apakah cara-cara yang digunakan dalam program tersebut sudah ada penelitiannya? Saya perhatikan, ada pasien yang diberi beberapa macam suplemen, tapi tidak boleh makan. Bila pasien berhenti mengonsumsinya, maka biasanya berat badannya akan kembali lagi ke berat badannya semula, atau yang dikenal dengan istilah sindrom yoyo. Berat badan yang turun naik seperti itu bisa berbahaya, karena tekanan darah akan cepat naik yang tentu berdampak negatif buat jantung”. <br /><br />Jadi jelas sudah. Jangan cepat tergiur untuk program pelangsingan tubuh tertentu. Timbang-timbang dulu untung ruginya, dan pelajari betul bagaimana program tersebut. Bila perlu konsultasikan dengan dokter. Karena, masalah kelebihan berat badan setelah melahirkan tidak hanya selesai dengan menjadi langsing saja. Idealnya, Anda juga menjadi sehat dan sukses menyusui. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Jangan korbankan bayi Anda </span><br />Selama hamil, seorang ibu memang harus naik berat badannya, antara lain karena ada pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan peningkatan volume darah. Selain itu, ada cadangan gizi ibu untuk persiapan masa menyusui, yaitu paling tidak untuk memenuhi kebutuhan bayi selama ASI eksklusif, atau sekitar 4-6 bulan pertama kehidupan bayi. “Cadangan itu tentu tidak akan habis begitu saja sesudah melahirkan, malah harus dipertahankan agar produksi ASI sebanyak 800-1200 ml sehari itu bisa tercapai,” kata dr. Sri , yang mengambil gelas S2-nya di University of London, Inggris . <br /><br />Setelah melahirkan, normalnya berat badan ibu akan kembali ke berat badan sebelum hamil. Tapi, proses tersebut perlu waktu. Dr. Sri mengingatkan, “Untuk 6 bulan pertama, tidak usah terburu-buru menurunkan berat badan. Karena, pada saat itu, tugas seorang ibu adalah memberikan ASI yang cukup kepada bayinya. Justru di sini ibu harus makan dalam kuantitas dan kualitas yang betul-betul cukup. Kalau tidak, bayi yang jadi taruhannya! Bisa-bisa dia kekurangan zat gizi yang dibutuhkannya untuk tumbuh kembang secara optimal.” <br /><br />Jadi, kapan Anda boleh mulai melangsingkan tubuh? “ Setelah 6 bulan, Anda baru boleh mulai berdiet. Pada saat ini, bayi ‘kan sudah mendapat makanan tambahan. Tapi tetap harus diingat, diet pun ada aturan mainnya, lho! Yang paling baik dan tidak akan mengganggu kesehatan Anda adalah, turunkan berat badan sebanyak ½ -1 kilo dalam seminggu.” <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Buat catatan harian </span><br />Selain diet, cepat tidaknya bentuk tubuh langsing kembali, juga tergantung gaya hidup Anda setelah melahirkan. Apakah Anda kembali ke aktivitas sebelumnya? Apakah melakukan olahraga secara teratur? “Bila Anda melakukan diet yang seimbang, yakni asupan kalori sesuai kebutuhan, plus berolahraga, maka penurunan berat badan akan lebih cepat ketimbang berdiet saja atau berolahraga saja,” saran dr. Tanya. Jadi, setelah nifas atau saat tubuhnya sudah kembali seperti sebelum hamil, ibu bisa mulai melakukan latihan yang betul-betul ditujukan untuk menurunkan berat badan. Dr. Tanya yang juga berkantor di KONI DKI Jakarta ini mengingatkan, “Yang penting, semua aktivitas, baik olahraga maupun kerja di kantor, tidak dilakukan berlebihan. Karena, kalau berlebihan, akan mengurangi produksi ASI.”<br /><br />“Selain motivasi yang kuat akan bentuk tubuh yang ideal , pemahaman kesehatan juga penting. Maksudnya, apa pun yang Anda lakukan untuk badan Anda, tujuannya harus sehat,” kata dr. Sri. Dr. Sri punya kiat. Bila Anda ingin menurunkan berat badan, buat saja catatan harian. Catatan tersebut berisi semua makanan dan aktivitas yang dilakukan selama 24 jam . Lalu, t imbanglah berat badan seminggu sekali. Cara ini akan membuat Anda selalu waspada, dan juga bisa mengevaluasi sejauh mana keberhasilan Anda. “Bila catatan menggambarkan berat badan kok nggak turun-turun, itu berarti usahanya kurang tepat. Kalau latihan aerobik dan diet dilakukan dengan benar, pasti berhasil. Atau, yang bersangkutan sedang masuk fase plateau (masa tidak ada kemajuan -red), y ang biasanya berlangsung 2-4 minggu. Bila Anda tetap menjalankan latihan dan dietnya, maka berat badan akan turun lagi. Kalau tidak turun-turun lagi, artinya masih overweight , mungkin perlu obat, dan ini harus di bawah pengawasan dokter,” saran dr. Sri. <br /><br />Yang pasti, bila upaya untuk menjadi langsing kembali ini dilakukan dengan sehat dan tepat, ada begitu banyak manfaat yang akan Anda dan si kecil peroleh. Selain produksi ASI lancar, tubuh Anda akan bugar, nyaman, serta energi bertambah untuk mengasuh bayi. <br /><span style="font-style:italic;">sumber : Dewi Handajani;Bahan: Sri Lestariningsih, Laila Andaryani Hadis, DH <br /></span><br /><br /><br /><br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-28628113193103851432008-04-08T05:15:00.000-07:002008-04-08T05:59:21.539-07:00Sudah Idealkah Berat Anda?<span class="awal">U</span>ntuk mengetahui berapa berat badan Anda yang ideal, lakukan dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Rumusnya: <span class="fullpost"><br /><br />MT = Berat badan (kg )/ Tinggi badan² (m) <br />Contoh: Berat badan Anda setelah melahirkan 60 kg. Tinggi badan 1,6 m.<br />maka IMT = 60 kg /(1,6 m)² = 23,4 <br />Artinya, Anda tersebut masuk klasifikasi berat badan lebih (preobes). <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Tabel. Klasifikasi Berat Badan (BB) berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) <br />untuk Orang Asia Dewasa </span><table width="300" border="1" bgcolor="#CCFF33"><tr><td align="center" bgcolor="#FF6600"><span style="font-weight:bold;">Klasifikasi</span></td><td align="center" bgcolor="#FF6600"><span style="font-weight:bold;">IMT (kg/m2)</span></td></tr><tr><td align="left" bgcolor="#FFFFFF">BB kurang<br>BB normal<br>BB lebih<br>Preobes (gemuk sedikit)<br>Obes I<br>Obes II</td><td align="left" bgcolor="#FFFFFF">kurang 18,5<br>18,5 – 22,9<br>kurang 23<br>23 – 24,9<br>25 – 29,9<br>lebih dari 30 </td></tr></table><br />Sumber: WHO-WPRO, 2000<br /><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-37211721791472543302008-04-08T04:06:00.000-07:002008-04-08T04:15:00.553-07:00DIAGNOSIS DAN TERAPI PADA INFERTILITAS TUBA KARENA INFEKSI KLAMIDIA<span class="awal">K</span>einginan untuk memperoleh keturunan dan mempertahankannya adalah sebagian sifat dari makhluk hidup. Kebanyakan pasangan menikah adalah untuk memiliki anak dan membesarkannya, ketika kehamilan tidak terjadi dalam satu periode tertentu maka timbul kekhawatiran adanya infertilitas. Alasan tersebut mendorong meningkatnya kunjungan konsultasi dan pemeriksaan pada klinik infertilitas.1 Kemajuan teknologi reproduksi dan teknologi pemeriksaan infertilitas meningkatkan harapan wanita infertil untuk mendapatkan keturunan, setelah diketahuinya berbagai etiologi infertilitas serta kemajuan teknologi pengobatannya.<span class="fullpost"><br /><br />Kemungkinan kehamilan pada pasangan yang telah menikah satu tahun adalah 80%, setelah dua tahun 93%. Sedangkan pada penelitian oleh Page didapatkan bahwa 20 sampai 35% pasangan menikah membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk mendapatkan kehamilan1. Di Amerika, didapatkan 10 sampai 20% pasangan infertil, sedangkan dari survei di Indonesia didapatkan sekitar 12% pasangan infertil.<br /><br />Faktor pria sebagai penyebab infertilitas adalah sama besar dengan faktor wanita. Pada pria, penyebab infertilitas bisa karena gangguan sperma (sperm dysfunction), yang dapat berupa gangguan motilitas, abnormalitas, atau gangguan mukus penetrasi. Gangguan ejakulasi karena hambatan atau kegagalan produksi sperma sangat jarang (2%). Pada wanita, 30% penyebab infertilitas adalah faktor tuba.2 Polikistik ovarium didapatkan pada 90% wanita dengan oligomenorea dan 30% pada wanita dengan amenorea. Kerusakan tuba baik itu oklusi atau perlengketan terdapat pada 20% wanita infertil.<br /><br />Penyakit radang rongga panggul (PID) merupakan salah satu penyakit akibat hubungan seksual yang dapat dikaitkan dengan kejadian infertilitas pada wanita. Morbiditas yang timbul akibat PID cukup tinggi, yaitu 20% menjadi infertil, 20% dengan pelvis kronis, 10% dapat timbul kehamilan ektopik. Klamidia trakomatis, sebagai penyebab terbesar penyakit radang rongga panggul, dapat berakibat rusaknya intraepitelial mukosa tuba, dan terjadilah infertilitas tuba.<br /><br />Pemeriksaan dini (skrining) infeksi klamidia sebaiknya dilakukan pada wanita usia 20 sampai 25 tahun atau wanita yang telah melakukan hubungan seksual aktif. Pemeriksaan serologik terhadap antibodi klamidia dapat dijadikan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi. Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang diagnosis infeksi klamidia pada infertilitas tuba dan penanganannya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">INFERTILITAS TUBA </span><br />Infertilitas didefinisikan sebagai suatu kegagalan terjadinya kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual secara reguler tanpa kontrasepsi. Penyebab infertilitas dapat ditemukan pada wanita atau pria dengan kemungkinan yang sama. Penyebab infertilitas pada wanita yang terpenting adalah faktor tuba (infertilitas tuba), yaitu sekitar 30%.3 Riwayat adanya infeksi pada rongga panggul memungkinkan faktor tuba dan perituba sebagai faktor penyebab infertilitas pada wanita. Penggunaan intra-uterine device (IUD) dan multipartner sexual activity menambah kecurigaan tersebut.<br /><br />Kerusakan tuba dan oklusi tuba merupakan keadaan yang paling banyak ditemukan pada infertilitas tuba, Klamidia trakomatis adalah penyebab terbanyak penyakit akibat hubungan seksual yang mengakibatkan radang rongga panggul.3,4 Menurut Robinson et al., berdasarkan pemeriksaan laparoskopik penderita salpingitis 14 sampai 65% diantaranya dengan kerusakan tuba, dan 20% diantaranya disebabkan infeksi klamidia trachomatis.<br /><br />Westrom menyebutkan, bahwa kejadian infertilitas setelah satu periode salpingitis adalah 11 sampai 12%, setelah dua periode 23% dan setelah tiga periode salpingitis sebesar 54% dan kebanyakan disebabkan oleh infeksi klamidia trakomatis. Oklusi tuba oleh jaringan parut dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histerosalpingografi.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">INFEKSI KLAMIDIA TRAKOMATIS</span><br />Klamidia adalah mikroorganisme yang hidup intraseluler dan memiliki kemampuan menginvasi sel epitel kolumnar, dengan kecepatan replikasi yang lama. Dengan karakteristik ini dapat diterangkan mengapa infeksi klamidia memiliki masa laten yang panjang dibandingkan bakteri lain dan sering terjadi infeksi asimtomatik.<br /><br />Infeksi klamidia asimtomatik dapat terjadi pada kontak pertama dengan klamidia, keadaan tanpa gejala ini kemudian dapat berkembang menjadi infeksi kronik pada salpings. Infeksi klamidia asimtomatik didapatkan pada 3 sampai 5% wanita hamil dan 15% pada wanita tidak hamil yang aktif seksual.1 Suatu penelitian dengan laparaskop pada wanita dengan salpingitis, didapatkan bahwa 14 sampai 65% kasus disebabkan infeksi klamidia dan 20%nya terdapat kerusakan pada tuba.<br /><br /><br />Makalah Selengkapnya silahkan klik : <a href="http://www.4shared.com/file/43424757/6c376750/DIAGNOSTRPI_INFERINFEKSI_ER2_.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 57Kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-2945348185155421862008-04-08T03:45:00.000-07:002008-04-08T04:01:25.009-07:00ENDOMETRIOSIS, DIAGNOSIS DAN PENANGANANNYA<span class="awal">K</span>ata endometriosis berasal dari kata endometrium. Arti endometriosis sendiri secara klinis adalah jaringan endometrium yang terdapat di luar kavum uteri seperti di organ-organ genitalia interna, vesika urinaria, usus, peritoneum, paru, umbilikus, bahkan dapat dijumpai di mata dan di otak.1 Di tempat yang salah ini, lesi-lesi endometriosis tersebut tetap saja dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron, dan mengalami perubahan siklik seperti endometrium. Sebagian wanita yang mengalami endometriosis akan merasakan nyeri haid yang hebat, karena darah haid tersebut tidak dapat keluar melalui jalan yang semestinya seperti kanalis servikalis dan vagina.<span class="fullpost"><br /><br />Endometriosis diperkirakan terjadi 3 – 10% pada wanita usia reproduktif dan sekitar 25 – 35% wanita infertil menderita endometriosis. Kecurigaan terhadap endometriosis muncul bila seorang wanita mengeluh infertil. Apalagi bila disertai keluhan dismenorea dan dispareunia.2 Dengan kata lain keluhan yang paling sering disampaikan berupa nyeri pelvik dan infertil.3,4 Daerah yang paling sering terkena adalah ovarium, kavum douglass, ligamentum latum dan ligamentum uterosacralis, colon rektosigmoid, vesica urinaria, dan ureter bagian distal. Tempat-tempat lain adalah lambung, ginjal, paru, dan pleura.<br /><br />Kepustakaan lain menyebutkan bahwa sebanyak 20 – 60% penderita endometriosis mengalami infertilitas. Pada infertilitas primer kejadiannya sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder sebanyak 15%. Pada wanita dengan infertilitas yang disertai dengan nyeri pelvik/nyeri haid dijumpai endometriosis sebanyak 80%.<br /><span style="font-weight:bold;"><br />ETIOLOGI</span><br /><span style="font-weight:bold;">Teori Regurgitasi dan Implantasi Haid</span><br />Teori yang dikemukakan oleh Sampson (1927) ini menyebutkan bahwa biasanya darah haid keluar dari kavum uteri melalui vagina, namun kadang-kadang darah haid mengalir dari kavum uteri melalui tuba Fallopii ke kavum peritoneum, dan berimplantasi pada permukaan peritoneum. Pada wanita dengan polimenorea dan pada wanita yang darah haidnya tidak dapat keluar (stenosis serviks) melalui vagina, angka kejadian endometriosis relatif tinggi.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Faktor Genetik dan Imunologik</span><br />Faktor genetik dan imunologik (Dmowski dan teman-teman) sangat berperan terhadap timbulnya endometriosis dengan ditemukannya penurunan imunitas seluler pada jaringan endometrium wanita yang menderita endometriosis. Pada cairan peritoneum wanita dengan endometriosis ditemukan aktivitas makrofag yang meningkat. Penurunan aktivitas natural killer cells dan penurunan aktivitas sel-sel limfosit. Makrofag akan mengaktifkan jaringan endometriosis, dan penurunan sistem imunologik tubuh akan menyebabkan jaringan endometriosis terus tumbuh tanpa hambatan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Teori Metaplasia</span><br />Teori ini (Meier) mengemukakan bahwa lesi endometriosis terbentuk akibat metaplasia dari sel-sel epitel coelom yang berasal dari saluran Muller. Sel-sel berdiferensiasi menjadi sel-sel peritoneal dan sel-sel pada permukaan ovarium.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Hubungan Endometriosis dengan Infertilitas</span><br />Endometriosis tumbuh karena adanya gangguan hormonal, terutama oleh karena estrogen. Terdapat 6 mekanisme penyebab infertil pada endometriosis, yaitu: (1) Abnormalitas endokrin reproduksi, berupa anovulasi, gangguan sekresi gonadotropin, defek fase luteal, sekresi prolaktin abnormal, sindroma luteinized unruptured follicle; (2) Abnormalitas prostaglandin, dikatakan bahwa oleh karena prostaglandin meningkat maka terjadi peningkatan motilitas tuba, sehingga mengganggu sperma bertemu dengan ovum, walaupun hal ini masih berupa hipotesis; (3) Disfungsi makrofag peritoneal; (4) Peningkatan respon imun, yang akan berpengaruh terhadap implantasi atau dalam hal usaha mempertahankan kehamilan; (5) Disfungsi oosit; (6) Meningkatnya angka kejadian abortus.<br /><br />Makalah selengkapnya klik : <a href="http://www.4shared.com/file/43423838/3c59a2c3/EDP.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 75Kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-79326570317897539472008-04-07T09:12:00.000-07:002008-04-07T09:21:00.488-07:00SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL PENGEMBANGAN BANKDATA KESEHATAN<span class="awal">S</span>ejak ditetapkannya Indonesia Sehat 2010 sebagai visi Kesehatan, maka Indonesia telah menetapkan pembaharuan kebijakan dalam pembangunan kesehatan, yaitu paradigma sehat yang inti pokoknya adalah menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan sebagai titik sentral pembangunan nasional. Untuk mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan tersebut telah disusun Sistem Kesehatan Nasional yang baru yang mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan masa kini maupun untuk masa mendatang. Penyelenggaraan sistem kesehatan dituangkan dalam berbagai program kesehatan melalui siklus perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan berkelanjutan. Dalam kaitannya dengan Sistem Kesehatan ini, maka daerah pun perlu menetapkan sistem kesehatannya sebagai sub sistem dari sitem pemerintahan daerah, yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan aspirasi, potensi, serta kebutuhan setempat dengan memperhatikan prioritas pembangunan kesehatan masing-masing.<span class="fullpost"><br /><br />Dalam rangka pengendalian sistem kesehatan yang bertujuan untuk memantau dan menilai keberhasilan penyelenggaraan secara berjenjang dan berkelanjutan, digunakan tolok ukur atau indikator pembangunan kesehatan baik tingkat nasional maupun tingkat daerah. Sehubungan dengan hal ini maka perlu dikembangkan sistem informasi kesehatan nasional dan kesehatan daerah yang terpadu yang mampu menghasilkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan lengkap, sehingga mampu menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan.<br /><br />Meskipun kebutuhan pada data/informasi yang akurat makin meningkat, namun ternyata sistem informasi yang ada saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang akurat, lengkap dan tepat waktu. Berbagai masalah masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, diantaranya adalah belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan terutama pennyelenggara sistem informasi kesehatan tentang Sistem Informasi Kesehatan. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien. “Redundant” data, duplikasi kegiatan, tidak efisiennya penggunaan sumber daya masih terjadi. Hal ini karena adanya “overlapping” kegiatan dalam pengumpulan, pengolahan data, disetiap unit kerja baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Kegiatan pengelolaan data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.<br /><br />Dengan telah ditetapkannya UU nomor 22 tentang Otonomi Daerah, dimana daerah harus mengembangkan dan melakukan sendiri upaya kesehatan, maka Sistem Informasi Kesehatan di Kabupaten/Kota akan lebih penting peranannya. Sistem ini harus mampu menghasilkan data atau informasi yang memadai untuk menunjang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta untuk evaluasi berbagai kegiatan kesehatan tingkat kabupaten/kota. <br /><br />Apabila dahulu ketika masa sentralisasi masing-masing unit-kerja di pusat mengembangkan sistem informasi masing-masing, maka pada masa mendatang berbagai sistem tersebut harus di integrasikan dalam satu sistem sehingga duplikasi data/informasi ataupun duplikasi kegiatan pengumpulan, pengolahan data baik di Puskesmas, di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tidak terjadi lagi. Dimasa depan, kabupaten/kota seyogyanya memiliki Bankdata yang dapat diakses oleh para pengelola program kesehatan propinsi ataupun pengelola program di tingkat pusat. <br /><br />Dengan demikian, maka pengembangan sistim informasi kesehatan nasional (SIKNAS) diharapkan merupakan pengembangan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di setiap tingkat administrasi kesehatan, yang akan menghasilkan data/informasi yang akurat yang dapat menunjang Indonesia Sehat. Pengembangan sistem informasi kesehatan tersebut harus sejalan dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana diatur dalam UU nomor 22 tahun 1999, yang antara lain kewenangannya dalam sistem informasi kesehatan adalah dapat dirumuskan sebagai berikut:<br /><br /><blockquote>Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan kabupaten/kota <br />Pemerintah Propinsi melakukan bimbingan dan pengendalian, dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan propinsi <br />Pemerintah Pusat membuat kebijakan nasional, bimbingan pengendalian, dan penyelenggraan sistem informasi kesehatan nasional. </blockquote><br /><br />-----------Makalah selengkapnya klik : <a href="http://www.4shared.com/file/43335767/dfc34afe/sistim_informasi_kesehatan_dan_pengembangan_kesehatan.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.doc 102kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-14957815778503432262008-04-07T03:49:00.000-07:002008-04-07T04:01:28.801-07:00STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV/AIDS 2003 - 2007<span class="awal">E</span>pidemi HIV/AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga masih akan berkepanjangan karena masih terdapatnya faktor-faktor yang memudahkan penularan penyakit ini. Dua cara penularan infeksi HIV saat ini adalah melalui hubungan seks yang tidak aman dan penyalahgunaan Napza suntik. Dalam sepuluh tahun mendatang, penyakit ini mungkin belum akan dapat ditanggulangi sehingga masih merupakan kesehatan masyarakat dan juga mempunyai implikasi sosial – ekonomi yang luas. Penderitaan bukan saja akan dialami oleh orang yang tertulari HIV/AIDS tetapi juga akan dirasakan oleh keluarga dan masyarakat. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegah dan obat yang dapat menyembuhkan.<span class="fullpost"><br /><br />Penyebaran HIV/AIDS bukan semata-mata masalah kesehatan tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, etis, agama dan hukum bahkan dampak secara nyata, cepat atau lambat, menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Hal ini mengancam upaya bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.<br /><br />Pengalaman internasional menunjukkan bahwa keberhasilan penanggulangan HIV/AIDS sangat tergantung kepada kemauan politik pada tingkat tinggi sebuah negara dan kesungguhan kepemimpinan dalam mengatasi masalah yang rumit ini. Kesemuanya ini harus didukung dan dilakukan oleh instansi pemerintah, LSM dan swasta, serta masyarakat.<br /><br />Indonesia telah berupaya keras untuk menanggulangi HIV/AIDS tetapi hasilnya belum memuaskan. Pendidikan dan penyuluhan yang didasari oleh norma agama dan budaya telah dilakukan bersamaan dengan intervensikesehatan masyarakat seperti pencegahan, pengobatan infeksi menular seksual, upaya pengobatan, perawatan dan dukungan bagi ODHA.<br /><br />Upaya pencegahan dilakukan melalui pendidikan dan penyuluhan masyarakat terutama ditujukan kepada populasi berisiko yang mudah menyebarkan penyakit. Upaya pengobatan dan perawatan yang dilakukan baik berbasis klinis maupun masyarakat perlu dikembangkan untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah ODHA.<br /><br />Salah satu faktor penting yang menjadi kendala adalah pendanaan. Kendala ini dapat diatasi dengan menjalin koordinasi diantara instansi yang terlibat dalam penanggulangan HIV/AIDS. Pemerintah daerah mempunyai peran penting dalam penanggulangan HIV/AIDS dengan adanya kewenangan otonomi daerah sehingga dapat menyediakan dana yang cukup.<br /><br />Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua sektor pemerintah, pemerintah daerah, LSM, swasta dan dunia kerja serta lembaga donor dalam menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia. Setiap pelaksana program dapat mengembangkan lebih lanjut strategi dan kegiatan sesuai dengan tugas, fungsi dan kemampuan masingmasing.<br /><br />------- makalah lebih lanjut silahkan klik : <a href="http://www.4shared.com/file/43305658/2233144b/national_hivaids_strategy_2003-2007_id.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 1,1 Mb</span></a><br /></span> ----------------Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-25493981953584633302008-04-07T00:00:00.001-07:002008-04-07T00:05:48.555-07:00PENGARUH TERAPI SULIH HORMON DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP YANG SEHAT PADA WANITA POSTMENOPAUSE<span class="awal">B</span>eberapa randomized clinical trial berskala besar yang akhir-akhir ini dilakukan telah menunjukkan bahwa perlindungan terhadap penyakit jantung bukan merupakan suatu indikasi penggunaan estrogen dan progesteron pada wanita-wanita postmenopause. Para peneliti di Women’s Health Initiative (WHI) telah menemukan bahwa wanita yang memakai estrogen (conjugated equine estrogen) dan progestin (medroxiprogesterone acetate/MPA) risikonya meningkat untuk menderita penyakit infark myocard, stroke, thromboemboli venosa dan kanker payudara jika dibandingkan dengan plasebo.<span class="fullpost"><br /><br />Meskipun telah ada suatu penelitian yang menunjukkan bahwa pemakaian estrogen dan progesteron dapat menurunkan gejala vasomotor, namun penelitian tersebut secara keseluruhan tidak konsisten. Bahkan suatu penelitian randomized telah menunjukkan bahwa substansi plasebo memberikan efek pada 25% wanita naracoba bahwa mereka merasakan kualitas hidup yang sehat meningkat. Jadi temuan-temuan yang tidak konsisten tersebut tersebut sangat tergantung pada desain penelitian, jumlah populasi peneliitian dan metode pengujiannya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Estrogen</span><br />Estrogen dibentuk di kelenjar adrenal, ovarium, plasenta dan sel Leydig testis. Estradiol (E2) merupakan estrogen terbesar pada usia reproduksi, diproduksi oleh ovarium baik pada fase folikular maupun fase luteal pada siklus menstruasi.<br /><br />Estrone (E-1) diproduksi oleh pengubahan perifer dari androstenedione di berbagai jaringan. Pada usia-usia reproduksi, androstenedione dibentuk dalam jumlah yang sama dari ovarium dan kelenjar adrenal dan setelah menopause terutama berasal dari kelenjar andrenal. Pada saat menopause, produksi estradiol oleh ovarium secara nyata berakhir dan estrone yang diproduksi dari pengubahan androstenedione di perifer merupakan sumber utama aktifitas estrogen.<br /><br />Estriol (E-3), yaitu suatu estrogen dengan hanya sekitar 10% dari aktifitas estradiol. Hormon ini dibentuk dari metabolisme perifer dari estrogen ovarium. Estriol dimiiliki dalam jumlah yang sangat besar selama kehamilan.<br /><br />Estrogen diperlukan untuk maturasi normal pada wanita. Ia merangsang perkembangan vagina, uterus dan tuba uterina maupun sifat seks sekunder. Estrogen merangsang perkembangan stroma dan pertumbuhan duktus dalam payudara dan bertanggung jawab bagi fase pertumbuhan dipercepat serta penutupan epifisis tulang panjang yang terjadi pada pubertas.<br /><br />Estradiol memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus. Produksi estradiol yang kian meningkat pada fase folikuler akan meninggikan sekresi getah serviks dan mengubah konsentrasi getah pada saat ovulasi menjadi encer dan bening sehingga memudahkan penyesuaian, memperlancar perjalanan spermatozoa dan meninggikan kelangsungan hidupnya. Estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah dan meningkatkan kadar glikogen sehingga terjadi peningkatan produksi asam laktat oleh bakteri Doderlein, nilai pH menjadi rendah dan memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi.<br /><br />Estrogen menyebabkan peningkatan pengendapan lemak pada jaringan subkutan, sebagai akibatnya berat jenis tubuh wanita secara keseluruhan jauh berkurang daripada berat jenis tubuh pria. Estrogen khususnya menyebabkan pengendapan lemak yang nyata pada pantat dan paha, menyebabkan pelebaran panggul yang merupakan sifat feminim. Disamping itu estrogen menyebabkan kulit menjadi vaskuler.<br /><br />--------<span style="font-style:italic;">artikel selengkapnya silahkan klik</span> : <a href="http://www.4shared.com/file/43296003/18e25b0e/pengaruh_terapi_Sulih_hormon.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 57Kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-2853205883423936502008-04-06T23:31:00.000-07:002008-04-06T23:57:52.574-07:00TERAPI SULIH HORMON YANG EFEKTIF DAN AMAN DITINJAU DARI JENIS ESTROGEN DAN PROGESTERON<span class="awal">J</span>umlah wanita usia menopause di Indonesia cenderung meningkat. Diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 35.000.000 wanita. Pascamenopause yang ditandai dengan berhentinya haid, hilangnya fungsi ovarium dan menurunnya kadar estrogen secara dramatik menyebabkan timbulnya berbagai keluhan yang berhubungan dengan kualitas hidupnya. Salah satu cara yang digunakan selama ini untuk mengatasi masalah ini adalah penggunaan Terapi Sulih Hormon dan preparat selective estrogen reseptor modulator (SERM) merupakan senyawa yang secara struktural berbeda dengan estrogen, dikembangkan sebagai alternative Terapi Sulih Hormon.<span class="fullpost"><br /><br />Penggunaan Terapi Sulih Hormon pada wanita pascamenopause selain memberikan efek positif juga memberikan efek negatif. Efek negatif TSH yang sudah diketahui secara jelas adalah meningkatkan risiko kanker endometrium, kanker payudara, stroke, tromboemboli pada vena, dan kanker kandung empedu. Gangguan kognitif belum diketahui jelas bermanfaat atau meningkatkan risiko. Pertimbangan aspek manfaat dan kerugian akibat penggunaan TSH menimbulkan kontroversi yang panjang sehingga masih terus dilakukan penelitian-penelitian dalam skala yang lebih luas.<br /><br />Hasil meta analisis yang merangkum penelitian-penelitian yang dipublikasikan dalam MEDLINE (1965-2001), HealthSTAR (1975-2001), database Cochrain Library, serta hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Women’s Health Initiative (WHI) dan Heart and Estrogen progestin Replacement Study (HERS) menghasilkan beberapa kesimpulan. Keuntungan TSH adalah mencegah fraktur dan kanker kolorektal. Kerugian akibat TSH adalah penyakit jantung koroner, stroke, tromboemboli, kanker payudara pada pemakaian TSH 5 tahun atau lebih, serta kolelithiasis. Manfaat TSH untuk mencegah dementia tidak diketahui secara jelas.<br /><br />Ketakutan akan terjadi kanker khususnya pada endometrium, telah terjawab dalam suatu penelitian, yang dilaksanakan oleh para peneliti University of Sheffield Medical School yang dipublikasikan pada British Medical Journal tahun 2002 hal. 325, 239-242, dikatakan bahwa kombinasi Hormon Replacement Therapy (Terapi Sulih Hormon) sangat menguntungkan dalam mencegah terjadinya kanker endometrium7. Adanya hasil-hasil penelitian, dengan pendapat yang kontroversial, disebabkan karena perbedaan dalam penatalaksanaannya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">TERAPI SULIH HORMON</span><br />Produksi hormon seks utama pada wanita adalah estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini akan menurun produksinya ketika wanita memasuki masa menopause. Pemberian terapi sulih hormon dimaksudkan untuk menggantikan keberadaan kedua hormon tersebut.<br /><br />Pemberian terapi sulih hormon bisa dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Disebut jangka pendek bila diberikan selama kurang dari 5 tahun. Biasanya ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala menopause, tetapi harus menjadi pilihan kedua bila didapatkan risiko untuk terjadinya efek samping. Pemberian jangka panjang bila diberikan lebih dari 5 tahun. Biasanya penggunaan jangka panjang diberikan seperti pada kasus osteoporosis, osteopenia, atau bagi mereka yang memiliki risiko osteoporosis. Pemberian terapi ini bersifat individual, mempertimbangkan berbagai kontraindikasi dan efek samping yang mungkin timbul pada pasien.<br /><br />Terapi sulih hormon dapat diberikan dalam bentuk pil, krim, implan subdermal, maupun dalam bentuk raloxifene (estrogen like drug/selective estrogen receptor modulators). Pemilihan bentuk terapi ini dapat ditentukan dengan mengetahui berbagai keuntungan dan risiko yang akan dihadapi bila wanita tersebut mengambil keputusan untuk menggunakan terapi sulih hormon. Dalam penelitian lain telah terbukti bahwa pemberian TSH pada wanita menopause memberikan keuntungan, karena dapat mengatasi keluhan-keluhan, baik keluhan jangka pendek maupun jangka panjang. Keluhan-keluhan pada wanita menopause sebagai akibat dari : (1) Adanya perubahan haid seperti polymenorrhoea, olygomenorrhoea, amenorrhoea dan metrorragia. (2) Akibat gangguan vasomotor, hot flushes, terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum dan sesudah berhentinya menstruasi. (3) Gangguan psikis, nervousness, kecemasan, irritable, depresi dan insomnia. (4) Gejala akibat kelainan metabolik, yakni kelainan metabolisme lemak, a.l. penyempitan pembuluh darah karena perlekatan kolesterol. Berkurangnya kelenturan pembuluh darah karena menurunnya produksi prostasiklin pada endothel pembuluh, sehingga memungkinkan terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. (5) Gejala yang disebabkan oleh karena atropi urogenitalis, yang sering dirasakan kering pada vagina, rasa perih, keputihan, rasa panas pada vagina, selalu ingin kencing, dispareunia dan nokturia. Sering terjadi vaginitis sinalis yang sering juga disebut vaginitis atropica, merupakan suatu infeksi non spesifik. Hal ini terjadi karena vagina menjadi pendek,menyempit, hilang elastisitas, epithelnya tipis dan mudah trauma karena kurang lubrikasi. (6) Gejala kelainan metabolisme mineral, mudah terjadi fraktur pada tulang, akibat tidak seimbangnya absorpsi dan resorbsi mineral terutama kalsium. Bila hal ini berlangsung lama, akan berlanjut dapat mengakibatkan osteoporosis<br />----------<span style="font-style:italic;">artikel selengkapnya silahkan klik :</span> <a href="http://www.4shared.com/file/43295519/f552ee54/Terapi_Sulih_Hormon_yang_efektif.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 111Kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-17174854217992776552008-04-06T21:17:00.000-07:002008-04-06T21:26:29.916-07:00Mental health, attachment and breastfeeding: implications for adopted children and their mothers<span class="awal">T</span>he value of breastfeeding in supporting the normal growth and development of infants and young children is recognized worldwide [1]. There is also a growing awareness that it is possible for women to breastfeed their adopted children, and that health care professionals should support them if they express a desire to do so [2]. However, both professional and lay literature are often unclear as to why adoptive breastfeeding may be of benefit. The ability of adoptive mothers to successfully relactate/ induce lactation is regularly questioned in literature [3-5], in spite of evidence that most adoptive mothers are physiologically capable of producing sufficient milk for their child [6]. In addition, discussion of the benefits of adoptive breastfeeding uniformly lacks detail on how breastfeeding may assist the child or mother [3-5,7]. Thus,adopted children. Four case histories of adoptive breastfeeding will also be presented.<span class="fullpost"><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Non-nutritional aspects of breastfeeding</span><br />The positive impact of breastmilk on the growth and development of babies is widely accepted [8]. However, breastfeeding is more than just the provision of nutrition; the act of suckling at the breast has an impact on both child and mother. Breastfeeding calms and provides analgesia to infants, as evidenced in reduced heart and metabolic rates and a reduced ability to perceive pain during suckling [9-11]. There are several reasons for this calming and analgesic effect. Firstly, suckling at the breast stimulates the infant's oropharyngeal tactile- and mechanoreceptors and focuses attention on the mouth, reducing outside influences [12,13]. Secondly, suckling and intestinal adsorption of fat from milk stimulates the release of the hormone cholecystokinin [14,15], which activates an afferent vagal mechanism that induces relaxation and pain relief [16]. Thirdly, the sweet flavour of milk stimulates the release of opioids in the midbrain of infants, which act on receptors that decrease the perception of pain [10,17-19]. Fourthly, breastfeeding involves maternal skin-to-skin contact, which stabilises blood glucose levels [20], body temperature and respiration rates [20-22], aids neurobehavioral self-regulation [23] and also reduces stress hormone release [24] and blood pressure [25]. Finally, breastfeeding involves intimate social interaction between mother and child, which may result in the release of the anti-stress hormone oxytocin [26,27]. These mechanisms of relaxation and analgesia work synergistically [28,29] and while research has thus far focused on newborns, the experience of mothers is that the calming, analgesic and relaxing effects of breastfeeding remain for as long as breastfeeding occurs [30].<br /><br />need more article please click here : <a href="http://www.4shared.com/file/43286264/ee3894f5/1746-4358-1-5.html" target="_blank">download file.pdf 447kb</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-43630287939248323672008-04-06T21:03:00.000-07:002008-04-06T21:15:46.990-07:00Recall of age of weaning and other breastfeeding variables<span class="awal">M</span>any studies of the impact of breastfeeding on child or maternal health have relied on data reported retrospectively.For example, the U.S. National Maternal and Infant Health Survey (NMIHS) asked mothers to recall how ice's Healthy People 2010[2] uses the Ross Laboratories Mothers' Survey, a national survey to identify baseline rates of breastfeeding and monitor progress in meeting the national objectives. Previously mailed to new mothers at 6 months post-partum, it now collects information every month for the first 12 months post-partum.<span class="fullpost"> <br /><br />The 1981 National Health Interview Survey, conducted by the U.S. National Center for Health Statistics, included a Child Health Supplement that asked about childhood diseases for a randomly selected child in the household under 18 years of age, as well as about breastfeeding and supplementation practices and weaning age[3]. For this sample, the recall period for breastfeeding questions was up to 18 years. In case-control studies of the effects of breastfeeding on adult-onset diseases, questions about breastfeeding may be asked decades later. While prospective designs are preferable, they may not be feasible in some settings. It is therefore of interest to investigate the effect of recall bias on reported breastfeeding practices.<br /><br />Recall bias is common among subjects interviewed about past events [4]. One might hypothesize that for breastfeeding, which often occurs at a time of stress and sleep deprivation, recall of past events might be especially prone to bias and/or imprecision. In addition, particularly in the U.S., social pressures to breastfeed might result in overestimates of breastfeeding time. We report here the results of a questionnaire about breastfeeding habits given every 3 weeks up to 12 weeks post-partum to breastfeeding women in the U.S., and given again at six months and at 1–3.5 years after the birth. Topics included the baby's age at weaning, reasons for cessation, breast pain, lactation mastitis, and pumping.<br /><br />need more article please click : <a href="http://www.4shared.com/file/43285505/d89fba8e/1746-4358-1-4.html" target="_blank">download file.pdf 278Kb</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-30769400068208076022008-04-06T01:42:00.000-07:002008-04-06T21:01:06.012-07:00KEBIJAKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI INDONESIA (Kasus Kematian Ibu Hamil di Sulawesi Selatan)<span class="awal">D</span>i Indonesia, latar belakang dicurahkan-nya tenaga untuk mengurangi AKI = Angka Kematian Ibu)salah satunya adalah alasan bahwa AKI adalah indika-tor untuk kondisi tubuh dan gizi ibu, kesehatan umum, dan kualitas pelayanan kesehatan(14). Penyebab langsung kematian ibu (kematian saat hamil dan melahir-kan) dilaporkan sebagian besar adalah perdarahan, toxemia(15) (keracunan kehamil-an), dan infeksi. Akan tetapi, di Indonesia yang paling perlu dilihat adalah selain yang berhubungan dengan penyebab langsung, juga hal yang erat hubungannya yaitu penyebab yang bersifat sosial dan budaya. Cara pemikiran ini sudah dipaparkan dengan jelas oleh Asisten Menteri Urusan Wanita dr. Abdullah Cholil sebagai berikut :<span class="fullpost"><br /><br />“Hasil survei memang menunjukkan,lebih dari 80 persen penyebab kematian ibuhamil dan bersalin ini disebabkan oleh trias klasik: perdarahan (40-60 persen), infeksi jalan lahir (20-30 persen) dan keracunan kehamilan (20-30 persen). Sisanya, sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk dengan terjadinya kehamilan dan persalinan.<br /><br />Trias klasik umumnya berkaitan erat dengan tiga terlambat yaitu, pertama, jangan sampai terlambat mengambil keputusan untuk merujuk pada pelayanan kesehatan terdekat. Kedua, bila mau dirujuk, jangan sampai terlambat tiba di pusat pelayanan kesehatan, baik itu Puskesmas maupun rumah sakit. Ketiga, kalau sudah berada di rumah sakit,<br />jangan sampai terlambat ditangani.<br /><br />"Tetapi jangan lupa, tingginya angka kematian ibu tak hanya dipengaruhi oleh faktor klinis. Justru di Indonesia, 64 persen angka kematian ini dikontribusikan oleh faktor-faktor tradisi, sosial-budaya, ekonomi dan pendidikan. Itulah yang perlu kita ungkapkan di kongres sekaligus menimba pengalaman dari negara lain," (Kompas, 3 September 1997)<br /><br />Pernyataan dr. Abd. Cholil ini berlaku untuk tingkat nasional, akan tetapi setelah melihat contoh kasus ternyata juga relevan dengan kondisi Sulsel. Terdapat proses tertentu yang menyebabkan kematian ibu. Walaupun penyebabnya dalam alasan klinis adalah perdarahan, keracunan kehamilan atau infeksi,akan tetapi proses sebelumnya nyata melibatkan berbagai proses campur tangan--------<br /><span style="font-style:italic;">artikel selengkapnya silahkan klik : </span><a href="http://www.4shared.com/file/43197432/7de9854c/Kesehatan_Ibu_dan_anak-studi_kasus.html" target="_blank">download file.pdf 346 Kb</a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-53169549613434324262008-04-05T20:59:00.000-07:002008-04-06T23:42:19.376-07:00Hubungan Defek Regulasi Lipolisis dengan Resistensi Insulin pada Sindroma Ovarium Polikistik<span class="awal">S</span>indroma ovarium polikistik merupakan kelainan endokrin yang sering menyebabkan kelainan menstruasi, infertilitas dan sering berhubungan dengan obesitas. Sindroma ini juga mempunyai risiko terjadinya keganasan endometrium, payudara dan kelainan sistemik antara lain hipertensi, diabetes mellitus tipe II dan kelainan jantung.<span class="fullpost"><br /><br />Sindroma ovarium polikistik (SPOK) merupakan satu kelainan endokrin yang sering terjadi pada wanita usia reproduksi sekitar 5-10%, manifestasi biasanya pada awal pubertas. Secara klinis biasanya dijumpai adanya menstruasi tidak teratur, infertilitas dan hirsutisme. Tanda sindroma ini adalah adanya hiperandrogenism dan hiperinsulinemia.<br /><br />Hiperandrogenisme dan resistensi insulin telah dikenal awal tahun 1921 ketika Achard dan Thiers mempublikasikan suatu gambaran klasik dari wanita berjambang dengan diabetes. Sindroma ovarium polikistik tidak digambarkan sampai dengan tahun 1935, ketika Stein dan Leventhal menemukan sindroma dengan ovarium polikistik, klinis hirsutisme, amenorea dan obesitas. Saat ini pasien biasanya datang dengan gejala klinik menstruasi tidak teratur, infertilitas dan hirsutism. Sindroma juga berhubungan dengan dislipidemia dan achantosis nigricans dan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, hiperestrogen yang berhubungan dengan kanker endometrium dan payudara. Selama usia reproduksi, sindroma berhubungan dengan morbiditas reproduksi meliputi infertilitas, perdarahan uterus abnormal, abortus dan komplikasi lain kehamilan.<br /><br />Akhirnya tahun 1990 The National Institutes of Health (NIH) menegakkan kriteria diagnosis baru penyakit ini yang berdasar adanya hiperandrogenism dan oligoovulasi kronik dengan menyingkirkan sebab-sebab lain seperti kelainan adrenal dan tumor mensekresi androgen.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Patofisiologi</span><br /><br />Defek yang mendasari ovarium polikistik masih belum diketahui. Ada konsensus yang berkembang bahwa kunci utama adalah kelebihan androgen, resistensi insulin dan abnormalitas dinamik gonadotropin. Pertanyaan yang timbul apakah hiperinsulinemia merangsang peningkatan produksi androgen ovarium atau hiperandrogenemia menyebabkan resistensi insulin. Hipotesis dibentuk bahwa tingginya kadar insulin merangsang ovarium memproduksi androgen, terutama resistensi insulin mendahului peningkatan kadar androgen.<br /><br />-------------- <span style="font-style:italic;">artikel selengkapnya klik</span> <a href="http://www.4shared.com/file/43185065/e9aad4d/HUBDEFREGLIPPDSINDOVPOLI.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 127kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-63971364961434079712008-04-05T20:47:00.000-07:002008-04-06T23:42:39.074-07:00Induksi ovulasi pada wanita infertil dengan hiperandrogenisme dan resisten insulin<span class="awal">S</span>ekitar 30% wanita dengan siklus anovulasi mengalami infertilitas yang disebabkan oleh Sindroma polikistik ovarium. Wanita dengan sindroma hiperandrogenisme, resisten insulin, dan akantosis nigrikan (HAIR-AN syndrome) merupakan suatu bentuk subgrup pada sindroma polikistik ovarium. Pemberian klomifen sitrat seringkali gagal pada wanita dengan infertilitas anovulasi akibat hiperandrogenisme dan resisten insulin. Pada pasien-pasien seperti ini, metode pengurangan berat badan dan insulin sensitizers merupakan cara yang efektif dalam menginduksi ovulasi, kehamilan, dan mengurangi kejadian resistensi klomifen pada wanita dengan sindroma polikistik ovarium yang di terapi dengan gonadotropin, fertilisasi invitro, dan transfer embrio.<span class="fullpost"><br /><br />Polikistik ovarium merupakan sindroma yang terdiri dari menstruasi yang tidak teratur karena oligo atau anovulasi dan hiperandrogenisme dengan penampakan klinik (hirsutisme, akne) atau kadar androgen serum yang tinggi. Prevalensi SOPK pada wanita usia reproduksi sekitar 4%, sedangkan prevalensinya pada wanita anovulasi sekitar 30%. Insidensi infertile pada SOPK rata-rata sekitar 74%, hirsutisme 69%. Prevalensi dari sindroma polikistik ovarium adalah 5%-10%.<br /><br />Etiologi sindroma polikistik ovarium belum diketahui secara pasti. Hiperandrogenisme dan anovulasi yang dijumpai pada sindroma ini disebabkan oleh gangguan pada kompartemen hormonal yakni ovarium kelenjar adrenal, perifer (jaringan lemak) dan poros hypothalamus hipofise.<br /><br />Pengobatan sindrom ini lebih bersifat simtomatis terhadap infertilitas, hirsutisme, gangguan haid, atau obesitas. Masalah yang sangat berhubungan dengan infertilitas adalah adanya anovulasi dengan kadar LH yang tinggi. Makin tinggi kadar LH pada SOPK maka makin tinggi pula kejadian infertilitas. SOPK akan memerlukan pemahaman yang melibatkan banyak proses molekuler dan gen yang dapat menyebabkan hiperandrogenisme dan anovulasi. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi substrat genetik yang dapat mempengaruhi terjadinya sindroma tersebut.<br /><br />Terdapat dua gambaran umum endokrin tentang SOPK, yakni peningkatan kadar LH darah dan hiperinsulinemia. Banyak penemuan klinis dan labolatorium yang menunjukan adanya peningkatan kadar LH dan insulin, yang secara terpisah atau bersama-sama dapat merangsang sekresi androgen ovarium. Banyak wanita dengan SOPK terjadi peningkatan sekresi LH yang abnormal, sementara sekresi FSH tidak meningkat, mengakibatkan terjadi peningkatan ratio LH/FSH. Peningkatan LH dan ratio FSH/LH menyebabkan perkembangan folikel menjadi abnormal dan hiperandrogenisme. Gangguan neuroendokrin yang menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi LH belum sepenuhnya diketahui.<br /><br />Abnormalitas endokrin yang umum terobervasi pada wanita dengan SOPK adalah hiperinsulinemia dan peningkatan LH. Hiperandrogenisme, insulin resistence, and acanthosis nigricans (HAIR-AN) syndrome merupakan subtipe dari SOPK. Pada sindroma HAIR-AN, adanya resistansi insulin berat sering sebagai penyebabnya adalah faktor genetik. Dilaporkan bahwa kebanyakan terjadi mutasi pada reseptor insulin subunit α dan subunit β sehingga menyebabkan terjadinya resistensi insulin, namun beberapa penelitian menyebutkan bahwa kebanyakan wanita dengan SOPK memiliki reseptor yang relative normal sehingga sindroma HAIR-AN dianggap merupakan suatu bentuk subfenotip dari SOPK yang ditandai dengan kadar LH yang relative normal, adanya hiperinsulinemia.<br />-------------- <span style="font-style:italic;">artikel selengkapnya klik</span> : <a href="http://www.4shared.com/file/43184495/36b77e3b/INDOVUPDWANINFERTIL.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 118kb</span></a> -----------------------------<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-8838347280953931772008-04-05T20:10:00.000-07:002008-04-05T20:17:37.694-07:00PENGARUH MALARIA SELAMA KEHAMILAN<span class="awal">M</span>alaria adalah penyakit parasit yang resikonya lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil, terutama selama kehamilan pertama yang dapat menyebabkan infeksi plasenta, abortus, meninggal dalam kandungan, anemia dan berat badan lahir rendah. Pengaruh utama malaria selama kehamilan adalah terutama pada ibu dan janinnya.<span class="fullpost"><br /><ul/>1. Pada ibu dengan infeksi plasmodium falciparum dapat terjadi komplikasi berat seperti demam, anemia, hipoglikemia, malaria otak, edema paru merupakan yang utama mempengaruhi wanita-wanita dengan kekebalan rendah.<br />2. Pada malaria plasenta dapat menyebabkan kematian janin, abortus, hiperpireksia, prematuritas dan berat badan lebih rendah.</ul><br />Kontrol malaria selama kehamilan dapat dilakukan secara kemoprofilaksis kemoterapi, mengurangi kontak dengan vektor dan vaksinasi....<span style="font-style:italic;">(artikel selengkapnya silahkan klik :</span> <a href="http://www.4shared.com/file/43178274/133837f8/pengaruh_malaria_pada_kehamilan.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf 107Kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-76052937831344737182008-04-05T07:17:00.000-07:002008-04-05T07:37:10.919-07:00FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI OLEH IBU MELAHIRKAN<span class="awal">A</span>SI selalu merupakan makanan terbaik untuk bayi walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid atau kurang gizi. ASI mengandung semua zat gizi, yang diperlukan bayi dalam 4-6 bulan pertama kehidupan, dianjurkan agar pada masa ini bayi hanya diberikan ASI.<span class="fullpost"><br /><br />Dewasa ini, terdapat kecenderungan menurunnya frekuensi dan lamanya menyusui. Hal ini ada kaitannya dengan emansipasi wanita dalam dunia kerja dimana tingkat partisipasi anita dalam angkatan kerja meningkat. Penurunan juga disebabkan oleh gencarnya promosi perikanan susu buatan serta luasnya distribusi susu buatan. <br /><br />Pemberian ASI pada bayi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: perubahan sosial budaya, psikologis, fisik ibu, kurangnya petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI (PASI), penerangan yang salah dari petugas kesehatan..(<span style="font-style:italic;">makalah selengkapnya bisa di klik)</span><a href="http://www.4shared.com/file/43112593/f66d8c94/faktor_pemberian_ASI.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;"> download file.pdf 211Kb</span></a><br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-14793638158360573902008-04-05T06:50:00.000-07:002008-04-06T23:41:06.287-07:00HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS KERJA DAN KONDISI KESEHATAN REPRODUKSI WANITA YANG BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL<span class="awal">K</span>esehatan reproduksi bukan menjadi masalah seseorang saja, tetapi juga menjadi kepedulian keluarga dan masyarakat. Kesehatan reproduksi menjadi masalah cukup serius sepanjang hidup, terutama bagi perempuan, selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengan kehidupan sosialnya, misalnya kurangnya pendidikan yang cukup, kawin muda, kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause, dan masalah gizi (Baso dan Raharjo, 1999).<span class="fullpost"><br /><br />Sebagian besar perempuan bekerja keras setiap hari, memasak, membersihkan rumah demi kelangsungan hidup keluarga. Namun jika perempuan juga bekerja di luar rumah (mencari penghasilan), maka beban kerjanya menjadi rangkap di mana hampir 40% dari tenaga kerja adalah perempuan (Hadikusuma dan Hamzah, 1986). Beban kerja yang terlalu berat membuat seorang perempuan mengalami kecapekan dan mudah terserang penyakit. Terlebih lagi bila seorang perempuan tidak punya cukup waktu untuk istirahat dan tidak memperoleh cukup perhatian akan kondisi kesehatannya terutama pada saat hamil<br /><br />Kondisi kesehatan pada sebagian perempuan sering dianggap tidak penting, hal ini akan lebih buruk jika perempuan tersebut kurang pendidikan dan keterampilan untuk menunjang kehidupan mereka sendiri. Terlebih lagi banyak perempuan yang bekerja di sektor informal dan jumlah mereka sangat banyak sehingga sulit dilacak dan dihitung secara tepat. Perlindungan terhadap merekapun kurang memadai, sehingga mereka rentan terhadap masalah kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi antara lain pelecehan, penganiayaan, dan eksploitasi (Naomi 1999).<br /><br />Sektor informal adalah suatu usaha ekonomi di luar sektor modern atau formal. Adapun ciri usaha ini salah satunya adalah usaha kegiatannya biasanya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama banyak orang bahkan kadang-kadang usaha perorangan dan sistem pembagian kerja yang tidak ketat juga tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus (Depkes,1990).<br /><br />Timbulnya sektor informal ini sebagai akibat membengkaknya angkatan kerja di satu pihak dan sempitnya lapangan kerja di pihak lain. Akibatnya golongan masyarakat ini mencoba usaha kecil-kecilan, guna memperoleh nafkah bagi dirinya sendiri atau bagi keluarganya, dan bagi pengangguran (Depkes, 1990). Sehingga sebagian terbesar perempuan bekerja karena kebutuhan mereka merupakan satu-satunya pencari nafkah utama, yaitu untuk mereka sendiri dan anggota keluarga yang lain, dan juga karena penghasilan suami mereka tidak besar.<br /><br />Tujuan penelitian adalah (1) Mengkaji karakteristik wanita yang bekerja di sektor informal; (2) Mengkaji aktivitas kerja yang dilakukan oleh wanita yang bekerja di sektor informal; (3) Mengkaji kondisi kesehatan reproduksi; (4) Mengkaji hubungan aktivitas kerja dan kondisi kesehatan reproduksi wanita yang bekerja di sektor informal.<br /><br />Diharapkan didapatkannya suatu informasi mengenai kondisi kesehatan reproduksi pada kelompok kerja wanita yang bekerja di sektor informal dan Sebagai data yang dapat dipergunakan untuk pengembangan pelayanan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada wanita....... <span style="font-style:italic;">(makalah penelitian selengkapnya klik :</span> <a href="http://www.4shared.com/file/43111473/7b9964c3/Hubungan_aktuvitas_kerja_dan_reproduksi.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf(134Kb)</span></a>)<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2428261520379529773.post-12714127371633960912008-04-04T01:49:00.000-07:002008-04-06T23:43:59.443-07:00PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KALANGAN PENGGUNA NARKOBA<span class="awal">H</span>uman Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan salah satu jenis virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh. Beberapa virus, seperti penyebab demam dan flu berada hanya beberapa saat pada tubuh manusia, tetapi beberapa virus seperti HIV, selalu beraksi selamanya dalam tubuh manusia. Manakala seseorang terinfeksi HIV, maka orang tersebut disebut “positif HIV” dan akan selalu positif HIV. Hingga pada akhirnya, HIV menginfeksi dan membunuh sel darah putih, yang disebut CD4 Lymphocytes ( atau “ sel T”) dan mengakibatkan tubuh tidak dapat membunuh berbagai jenis infeksi penyakit dan kanker (Coffin et.al., 1986).<span class="fullpost"><br /><br />HIV menyerang dengan perlahan-lahan dan memusnahkan setengah sel darah putih di dalam badan (sel T CD4+). Dalam keadaan normal, sel-sel ini membantu tubuh melawan jangkitan kuman dan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Apabila HIV telah menyerang tubuh seseorang, sel-sel ini tidak lagi mampu melaksanakan tanggung jawab mereka karena telah dimusnahkan secara perlahan-lahan oleh HIV. Hal ini berarti HIV turut memusnahkan upaya tubuh untuk melawan penyakit. Akan tetapi kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain (Coffin et.al., 1986).<br /><br />Sistem kekebalan tubuh ini melindungi seseorang dari berbagai macam infeksi dan penyakit. Sistem kekebalan tubuh terdiri dari bermacam-macam sel (disebut sel-sel CD4 atau sel T4/ sel penolong) yang bekerja sama agar bisa mengenali dan menghancurkan virus-virus, bakteri dan kuman-kuman lainnya. Ketika HIV masuk ke dalam tubuh anda, virus tersebut mencari sel CD4 dan kemudian :.... (file selengkapnya klik saja <a href="http://www.4shared.com/file/42978741/490db86/AIDS_dan_Penanggulangannya.html" target="_blank"><span style="font-weight:bold;">download file.pdf(109Kb)</span></a>)<br /></span>Unknownnoreply@blogger.com0