Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma dari permulaan sampai pelepasan sperma ke dalam lumen tubulus seminiferus, (Bergman, et al,) yang terbagi dalam tiga fase, yaitu:

1. Fase Spermasitogenesis/Replikasi Stem
Sel Proses ini terjadi pada kehidupan fetal, di sini terjadi migrasi primordial germ sel ke jaringan mesenkimal gonadal ridge. Migrasi ini dikontrol oleh stem sel faktor dan reseptor c-kit. Setelah periode mitosis prenatal, gonosit yang berada dalam tubulus seminiferus saat lahir akan tetap disimpan sampai pubertas, untuk kemudian akan terjadi proses mitosis menjadi spermatogonia.
Pada manusia terdapat 3 macam spermatogonia, yaitu: A gelap (paling primitif), A pucat dan spermatogonia B. Ketiganya terletak pada membrana bastalis tubulus seminiferus, di antara sel-sel Sertoli yang ada pada bagian basal. (Becker, et al, 1995) Tubulus seminiferus mengandung sejumlah besar sel-sel epitelial germinal yang disebut spermatogonia, letak sel-sel germinativum ini tepatnya di samping lamina basalis tubulus seminiferus 2 atau 3 lapis (Guyton & Hall, 1996).
Pada fase ini spermatogonia tidak dilengkapi dengan sitokin dan masih terdapat interseluler bridges (Becker, et al, 1995). Sel tipe Ag akan menghasilkan tipe Ag yang lain dan tipe Ap. Sel-sel tipe Ap akan mengalami pembelahan mitosis tanpa sitokinesis yang komplit yang terhubung oleh jembatan sitoplasmik, tipe Ap ini matur menjadi tipe B. Dalam sel-sel tipe B terjadi sintesis DNA yang berjumlah 4 (tetraploid), dan mereka bergerak keluar dari kompartemen basal masuk ke kompartemen adluminal epitelium menjadi spermatosit primer, proses ini dimulai pada masa akil balig. (Bergman, et al,).

2. Fase Meiosis
Spermatogonia B akan mengalami meiosis yang terbagi menjadi dua bagian, meiosis I dan II (Suryadi 2001). Spermatogonium tipe A adalah sel induk untuk jenis keturunan spermatogenik, sementara spermatogonium tipe B merupakan sel progenitor yang berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Pada saat ini, spermatosit primer memiliki 46 kromosom (44 + xy) dan 4 N DNA (N menunjukkan 23 kromosom hiploid pada manusia) (Junqueira, et al, 1995).
Profase I
Profase ini berlangsung lama, maka dibagi menjadi 6 stadia, yaitu:

a.Leptonema. Kromosom diploid yang jumlahnya 4 tampak sebagai benang panjang tunggal dan tipis
b.Zigonema. Keempat kromosom itu saling berdekatan dan membentuk pasangan yang disebut sinapsis
c.Pakhinema. Kromosom menjadi pendek dan tebal.
d.Diplonema. Masing-masing kromosom membelah memanjang sehingga terbentuk kromatid. Empat kromatid itu dinamakan tetrad
e.Diakinesis. Kromatid-kromatid yang tidak serupa (artinya dari sentromer yang berlainan) dapat bersilang. Tempat persilangan ini disebut khiasma. Di tempat khiasma itu kromatid akan putus dan segmen dari satu kromatid akan bersambungan dengan potongan segmen kromatid yang lain. Peristiwa penukaran segmen dari kromatid yang tidak serupa (nonsister kromatid) dalam kromosom homolog itu dinamakan pindah silang (crossing over). Dengan adanya pindah silang maka terjadilah penukaran gen-gen, sehingga terbentuk kombinasi baru.

Metafase I. Kromosom-kromosom yang masih berpasangan menempatkan diri di bidang ekuatorial dari sel. Dinding ini menghilang. Kromosom-kromosom masih dalam keadaan diploid.
Anafase I. Kromosom-kromosom bergerak ke kutub sel yang berlawanan. Telofase I. Terbentuklah sel anakan, masing-masing memiliki separuh dari jumlah sel asalnya. Terjadilah pembelahan reduksi karena tiap sel anakan memiliki satu kromosom dari tiap pasang kromosom homolog. Dinding inti sel timbul kembali (Suryo, 1990).

Dari pembelahan meiosis I ini timbul sel yang lebih kecil disebut spermatosit sekunder dengan hanya 23 kromosom (22 + X atau 22 + Y). Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena merupakan sel berumur pendek yang berada dalam fase interfase yang sangat singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan meiosis II (Junqueira, et al, 1995).

download file (pdf) 63Kb