Tampilkan postingan dengan label 02 ASI-Gizi dan Makanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 02 ASI-Gizi dan Makanan. Tampilkan semua postingan

UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak Balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. "Meskipun manfaat memeberikan ASI Eksklusif dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas, namun kesadaran Ibu untuk memberikan ASI Ekslusif di Indonesia, baru sebesar 14 persen saja, itu pun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan," demikian siaran pers UNICEF yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.

UNICEF menyebutkan bukti ilmiah terbaru yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada tahun 2006 ini, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula, memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya. Dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif.

Banyaknya kasus kurang gizi pada anak-anak berusia di bawah dua tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisir melalui pemberian ASI secara eksklusif. Oleh sebab itu sudah sewajarnya ASI eksklusif dijadikan sebagai prioritas program di negara berkembang ini.

UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua didalam memberikan ASI eksklusif.

Meskipun aturan pemasaran produk pengganti ASI terdapat dalam kode etik internasional yang juga telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dalam SK Menteri Kesehatan, namun tetap saja para produsen susu bayi melakukan promosi secara gencar, bahkan sampai menyediakan susu formula itu di rumah sakit ataupun klinik-klinik bersalin.

Dalam upaya meredam maraknya promosi dan pemasaran susu pengganti ASI, serta menumbuhkan semangat dan kesadaran ibu dalam memberikan ASI eksklusif untuk anak-anaknya, maka UNICEF akan menggelar diskusi yang bertemakan "Menggugat Promosi Gencar Susu Bayi" di Jakarta, Rabu (9/8).

Tujuan dari diskusi tersebut yakni, guna menumbuhkan peraturan baru untuk meredam gencarnya pemasaran produk susu formula serta mendorong terselenggaranya program Agustus ini sebagai bulan ASI di Indonesia.



download file
......Baca Selengkapnya

Many studies of the impact of breastfeeding on child or maternal health have relied on data reported retrospectively.For example, the U.S. National Maternal and Infant Health Survey (NMIHS) asked mothers to recall how ice's Healthy People 2010[2] uses the Ross Laboratories Mothers' Survey, a national survey to identify baseline rates of breastfeeding and monitor progress in meeting the national objectives. Previously mailed to new mothers at 6 months post-partum, it now collects information every month for the first 12 months post-partum.

The 1981 National Health Interview Survey, conducted by the U.S. National Center for Health Statistics, included a Child Health Supplement that asked about childhood diseases for a randomly selected child in the household under 18 years of age, as well as about breastfeeding and supplementation practices and weaning age[3]. For this sample, the recall period for breastfeeding questions was up to 18 years. In case-control studies of the effects of breastfeeding on adult-onset diseases, questions about breastfeeding may be asked decades later. While prospective designs are preferable, they may not be feasible in some settings. It is therefore of interest to investigate the effect of recall bias on reported breastfeeding practices.

Recall bias is common among subjects interviewed about past events [4]. One might hypothesize that for breastfeeding, which often occurs at a time of stress and sleep deprivation, recall of past events might be especially prone to bias and/or imprecision. In addition, particularly in the U.S., social pressures to breastfeed might result in overestimates of breastfeeding time. We report here the results of a questionnaire about breastfeeding habits given every 3 weeks up to 12 weeks post-partum to breastfeeding women in the U.S., and given again at six months and at 1–3.5 years after the birth. Topics included the baby's age at weaning, reasons for cessation, breast pain, lactation mastitis, and pumping.

need more article please click : download file.pdf 278Kb
......Baca Selengkapnya

ASI selalu merupakan makanan terbaik untuk bayi walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid atau kurang gizi. ASI mengandung semua zat gizi, yang diperlukan bayi dalam 4-6 bulan pertama kehidupan, dianjurkan agar pada masa ini bayi hanya diberikan ASI.

Dewasa ini, terdapat kecenderungan menurunnya frekuensi dan lamanya menyusui. Hal ini ada kaitannya dengan emansipasi wanita dalam dunia kerja dimana tingkat partisipasi anita dalam angkatan kerja meningkat. Penurunan juga disebabkan oleh gencarnya promosi perikanan susu buatan serta luasnya distribusi susu buatan.

Pemberian ASI pada bayi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: perubahan sosial budaya, psikologis, fisik ibu, kurangnya petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI (PASI), penerangan yang salah dari petugas kesehatan..(makalah selengkapnya bisa di klik) download file.pdf 211Kb
......Baca Selengkapnya

Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.

Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah
masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor
atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak
usia sekolah.

Program perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.

Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK.

Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program perbaikan gizi makro, yaitu dimulai dari evaluasi input, proses, output dan impact dengan tujuan untuk menilai persiapan, pelaksanaan, pencapaian target dan prevalensi status gizi pada sasaran.


selengkapnya bisa didownload, klik di : download file (pdf)44kb
......Baca Selengkapnya

Pertumbuhan dan perkembangan bayi-anak sangat dipengaruhi ibu. Hal ini sengat jelas dalam masa hamil dan menyusukan bayi. Jika dalam masa hamil janin (foetus) tumbuh dan berkembang karena mendapat makanan dari ibu melalui ari-ari (placenta) maka bagi bayi anak, alam telah menyediakan makanan dalam bentuk air susu ibu yang dipersiapkan pada waktu hamil dan dapt diproduksi oleh ibu sampai anak berumur 2 -3 tahunKarenannya menyusukan bayi telah dialkukan ibu-ibu sejak beribu-ribu tahun dan antara lain dianjurkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Baru sejak ± 50 tahun yang lalu timbul kebiasaan untuk memberikan susu sapi/susu botol sebagai ganti menyusukan bayi-anak. Kebiasaan ini dimulai dinegara-negara barat dan menjadi populer sampai dengan permulaan tahu tujuh puluhan. Tetapi akhir-akhir ini menyusukan bayi sangat dianjurkan oleh para ahli dan mulai menjadi populer kembali di negara-negara barat (P.A.G Document, 1974)

Penyelidikan-penyelidikan ilmiah menunjukan bahwa menyusukan menguntungkan baik bagi bayi-anak maupun bagi ibu. Ternyata air susu ibu adalah makanan yang paling cocok bagi bayi-bayi manusia dan dapat memberikan perlindungan terhadap beberapa macam penyakit. Menyusukan memberikan kesempatan terjalinya hubungan mental antara ibu dan anak yang penting untuk perkembangan psikis dan emosional naka. Bagi ibu menyusukan bayi-anak menguntungkan karena menyebabkan rahim (uterus) lebih cepat pulih seperti sebelum hamil, mengurangi kemungkinan timbulnya kanker buah daya dan dapat menjarangkan kehamilan (Family Planning Program, 1975).

Mengapa air susu ibu merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi anak manusia?. Kalau diteliti isi air susu ibu mulai dari tetes pertama sampai dengan yang terakhir yang dapat diproduksi ibu, maka ternyata bahwa air susu ibu mengandung semua zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan serta perkembangan bayi-anak, tetapi juga mengandung zat-zat yang dapat melindungi bayi terhadap penyakit infeksi seperti penyakit muntah berak. Air susu ibu mengandung zat pembangun (protein,mineral), zat pengatur(vitamin, mineral, protein, air) dan zat tenaga (karbohidrat dan lemak). Volue dan susunan air susu iibu berubah-ubah; air susu ibu yang diproduksi pada hari pertama setelah bayi lahir misalnya berbeda jumlah dan susunannya dengan air susu ibu yang diproduksi enam bulan kemudian.

Menurut kapan waktunya air susu ibu diproduksi maka air susu ibu dapat digolongkan ke dalam Colostrum, air susu peralihan (=air susu transisi) dan air susu yang susunannya boleh dikatakan tetap (=mature milk). Coloctrum adalah air susu ibu yang diproduksi setelah bayi lahir sampai dengan hari ketiga atau keempat. Air susu peralihan diproduksi pada hari ketiga atau keempat sampai hari kesepuluh aua kadang-kadang sampai minggu kelima dan air susu yang susunannya tetap diproduksi sesudahnya. Coloctrum warnanya lebih kuning dan lebihkental daripada air susu ibu yang diproduksi kemudian dan mem[unyai khasiat membersihkan usus-usus bayi dari meconeum(=isi usus janin).

Hal penting untuk mempersiapkan usus bayi untuk menerima makanan yang akan datang. Colostrum lebih banyak mengandung zat anti penyakit (zat yang dapat melindungi bayi-anak terhadap penyakit), protein dan mieral. Dalam sehari dapat diproduksi 150 – 300 ml colostrum.
Air susu peralihan kadar proteinnya lebih kecil daripada colostrum sedangkan kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi, begitu juga volumenya. Air susu peralihan jumlahnya berangsur-angsur bertambah hingga pada waktu bayi berumur tiga bulan dapat diproduksi kira-kira 800ml sehari. Kadar zat anti penyakit dan zat-zat gizi air susu peralihan mulai dari permulaan sampai berhenti diproduksi (yaitu waktu anak berumur 2-3 tahun) tidak banyak berubah (setio, dkk 1977) tetapi volumenya berkurang sampai berumur 6 – 9 bulan.

Ternyata volume dan susun air susu ibu yang berubah-ubah ini cocok dan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai bayi berumur 4 samapi 6 bulan. Setelah bayi berumur 4 – 6 bulan jumlah air susu ibu yang dapat diproduksi ibu tidak dapat memenuhi lagi kebutuhan bayi. Bayi mulai berumur 4 bulan harus diberi makanan lain yang dapat memberikan zat tenaga ( seperti beras, jagung, terigu), zat pembangunan ( kacang-kacangan, tempe, tahu, daging, ikan, telur dan ati) dan zat pengatur ( sayur-sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau, dan kuning, merah). Air susu ibu hendaknya diberikan terus sampai anak berumur 2 tahun sebab air susu ibu mengandung zat-zat gizi yang penting bagi bayi-anak, yang tidak terdapat dalam susu sapi. Misalnya jumlah dan bentuk karbohidrat serta lemak yang terdapat di dalam air susu ibu sangat penting untuk perkembangan otak bayi-anak (Jelllife and Jellife, 1976).
Ditinjau dari aspek lain, menyusukan lebih aman bagi bayi sebab tidak dapat diencerkan atau dikentalkan dan lebih bersih. Seperti kta ketahui jika susu terlalu encer bayi-anak akan menderita penyakit kurang gizi sedangkan jika terlalu kental bayi-anak kita menderita kelebihan gizi, kedua hal tersebut akan mengganggu kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi-anak. Kebersihan susu secara tidak langsung akan mempengaruhi pula keadaan gizi bayi-anak. Susu sapi besar kemungkinan mengandung kuman-kuman penyakit muntaber, karena mungkin sekali air pengencer, air pencuci botol atau cangkir atau sendok atau lap atau dot kotor. Bahaya-bahaya semacam ini kecil sekali kemungkinan terjadi jika bayi disusui.

Kesimpulannya adalah bahwa air susu iu adalah makanan bayi-anak yang paling cocok dan endaknya diberikan terus menerus sampai anak berumur 2 tahun, tetapi mulai bayi berumur 4 atau 5 bulan harus diberi makanan lain disamping air susu ibu. Karena air susu ibu dipersiapkan pada waktu hamil dan semua zat-zat gizi yang terdapat di dalam air susu ibu berasal dari ibu juga maka agar air susu ibu mutunya baik maka makanan sehari-hari ibu waktu hamil dan menyusui harus baik mutu serat jumlahnya sesuai dengan kebutuhan ibu.

......Baca Selengkapnya